Minggu, 06 Juli 2014

Tugas Bahasa Indonesia

PERJUANGAN



Langit mulai meredup, awan mulai bergerak ke arah barat disertai warna orange yang menghiasi cakrawala, angin sore yang sejuk mengaburkan ingatanku ke arah yang tak menentu. Ingatan akan semua kenangan yang telah aku rajut, aku bangun dengan seseorang. Dan kenangan itu menjadi salah satu menu makan yang tak akan mungkin kulewatkan.
Lama, lama ku menunggu kedatangan kereta yang akan menjemputku. Menjemputku untuk kembali ke bangku kemahasiswaan, ingin sekali aku berkonsentrasi kembali ke kuliah yang sedikit berantakan, merapikan kembali sisa pelajaran, dan mendapatkan nilai yang kuharapkan. Meski kuliah kadang berantakan, tapi Tuhan masih sayang denganku, Tuhan masih memberikan nilai yang sangat pantas untuk disyukuri. Mungkin Tuhan memilik banyak pertimbangan, pertimbangan atas lelah dan perjuanganku untuk melakukan sesuatu, sesuatu yang jauh dari kata pendidikan, sesuatu yang aku perjuangkan selain pendidikanku sendiri.
Entah mengapa waktu berjalan sangat lama, hingga aku melamun sendiri, mengambang diatas lamunanku yang abstrak. Melamun tentang apa yang sudah aku perbuat. Aku menyadari bahwa apa yang sudah aku perbuat ini sebagian besar bertentangan dengan persepsi orang orang, tapi, persepsi dan keinginanku memperjuangkan hal itu sangatlah mengakar, dan itu yang membuat aku bertahan.
Cinta, memang itulah yang sedang aku lamunkan. Sesuatu yang membuat aku bisa berpikir di luar batas imajinasiku. Imajinasi yang tak akan ada habisnya. Sesuatu yang membuat aku bisa berusaha di atas kemampuanku. Berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang tercinta, meski halangan dan rintangan apapun yang menghadang, demi orang orang yang aku sayangi, dan itu terjadi berulang kali.
Seperti yang telah kulakukan beberapa hari yang lalu, meninggalkan bangku pendidikanku demi seseorang yang jauh disana. Setidaknya, aku ada disaat momen momen spesialnya, meski itu hanya beberapa jam, atau hari. Mungkin, hal hal kecil itulah yang membuatku dan dirinya bertahan hingga sejauh ini. Rela menahan rindu demi momen momen kecil yang sangat berharga.
Tidak ada yang berjalan mudah dalam hubungan jarak jauh. Pertengkaran, gossip, kabar tidak sedap terkadang menjadi batu loncatan. Hal hal sepele memang sering menimbulkan pertengkaran hebat yang tidak berujung, hingga salah satu harus mengalah, melupakan ego, demi hubungan yang terus berjalan. Bahkan, bertemu pun harus dilakukan jika masalah tak kunjung usai, menempuh jarak hingga ratusan kilometer, merogoh kocek yang cukup dalam, hanya untuk bertemu, bertatap muka.

Capek, iya, lelah, pasti, dan itu sudah aku rasakan berulang-ulang. Hingga sempat timbul penyesalan terasa sakit sekali di dada. Korban waktu, korban tenaga, korban pikiran, korban kuliah semuanya menumpuk. Perasaan bersalah kepada teman dan orang tua juga menghantui pikiranku sesaat. Benarkah ini perjuangan dalam hubungan jarak jauh ? Aku tak merasakan hadirmu secara nyata di sisiku, tapi aku percaya.
Entah apa yang menguatkanku, menyemangatiku untuk terus berusaha, dan berjuang demi cinta yang belum tentu pasti menjadi masa depanku. Sebuah ungkapan, “segala sesuatu yang didasari atas cinta, tidak terasa berat”, mungkin menjadi motivasiku dalam menjalani hubungan ini. Aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk selalu memberi yang terbaik, memberi kelancaran dan kemudahan di segala urusan, semua yang terbaik telah kulakukan. Realita berbicara lebih banyak, sementara aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh.
“Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttt toeeeeeeeeeetttttttt“. Suara kereta berbunyi dan membuyarkan lamunanku. Terlalu jauh, tapi itulah yang kurasakan. Aku percaya bahwa tidak ada yang menggantikan usaha dan kerja keras. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan, tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, mungkin bisa menghabiskan sisa usia yang dimiliki. Dan akhirnya ya memang akhirnya, pintu gerbong kereta telah dibukakan untuk menjemputku.  

0 komentar:

Posting Komentar