PERJUANGAN
Langit
mulai meredup, awan mulai bergerak ke arah barat disertai warna orange yang
menghiasi cakrawala, angin sore yang sejuk mengaburkan ingatanku ke arah yang
tak menentu. Ingatan akan semua kenangan yang telah aku rajut, aku bangun
dengan seseorang. Dan kenangan itu menjadi salah satu menu makan yang tak akan
mungkin kulewatkan.
Lama,
lama ku menunggu kedatangan kereta yang akan menjemputku. Menjemputku untuk
kembali ke bangku kemahasiswaan, ingin sekali aku berkonsentrasi kembali ke
kuliah yang sedikit berantakan, merapikan kembali sisa pelajaran, dan
mendapatkan nilai yang kuharapkan. Meski kuliah kadang berantakan, tapi Tuhan
masih sayang denganku, Tuhan masih memberikan nilai yang sangat pantas untuk
disyukuri. Mungkin Tuhan memilik banyak pertimbangan, pertimbangan atas lelah
dan perjuanganku untuk melakukan sesuatu, sesuatu yang jauh dari kata
pendidikan, sesuatu yang aku perjuangkan selain pendidikanku sendiri.
Entah
mengapa waktu berjalan sangat lama, hingga aku melamun sendiri, mengambang
diatas lamunanku yang abstrak. Melamun tentang apa yang sudah aku perbuat. Aku
menyadari bahwa apa yang sudah aku perbuat ini sebagian besar bertentangan
dengan persepsi orang orang, tapi, persepsi dan keinginanku memperjuangkan hal
itu sangatlah mengakar, dan itu yang membuat aku bertahan.
Cinta,
memang itulah yang sedang aku lamunkan. Sesuatu yang membuat aku bisa berpikir
di luar batas imajinasiku. Imajinasi yang tak akan ada habisnya. Sesuatu yang
membuat aku bisa berusaha di atas kemampuanku. Berusaha melakukan yang terbaik
untuk orang yang tercinta, meski halangan dan rintangan apapun yang menghadang,
demi orang orang yang aku sayangi, dan itu terjadi berulang kali.
Seperti
yang telah kulakukan beberapa hari yang lalu, meninggalkan bangku pendidikanku
demi seseorang yang jauh disana. Setidaknya, aku ada disaat momen momen
spesialnya, meski itu hanya beberapa jam, atau hari. Mungkin, hal hal kecil
itulah yang membuatku dan dirinya bertahan hingga sejauh ini. Rela menahan
rindu demi momen momen kecil yang sangat berharga.
Tidak
ada yang berjalan mudah dalam hubungan jarak jauh. Pertengkaran, gossip, kabar
tidak sedap terkadang menjadi batu loncatan. Hal hal sepele memang sering
menimbulkan pertengkaran hebat yang tidak berujung, hingga salah satu harus
mengalah, melupakan ego, demi hubungan yang terus berjalan. Bahkan, bertemu pun
harus dilakukan jika masalah tak kunjung usai, menempuh jarak hingga ratusan
kilometer, merogoh kocek yang cukup dalam, hanya untuk bertemu, bertatap muka.
Capek,
iya, lelah, pasti, dan itu sudah aku rasakan berulang-ulang. Hingga sempat
timbul penyesalan terasa sakit sekali di dada. Korban waktu, korban tenaga,
korban pikiran, korban kuliah semuanya menumpuk. Perasaan bersalah kepada teman
dan orang tua juga menghantui pikiranku sesaat. Benarkah ini perjuangan dalam
hubungan jarak jauh ? Aku tak merasakan hadirmu secara nyata di sisiku, tapi
aku percaya.
Entah
apa yang menguatkanku, menyemangatiku untuk terus berusaha, dan berjuang demi
cinta yang belum tentu pasti menjadi masa depanku. Sebuah ungkapan, “segala
sesuatu yang didasari atas cinta, tidak terasa berat”, mungkin menjadi
motivasiku dalam menjalani hubungan ini. Aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk
selalu memberi yang terbaik, memberi kelancaran dan kemudahan di segala urusan,
semua yang terbaik telah kulakukan. Realita berbicara lebih banyak, sementara
aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh.
“Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttt
toeeeeeeeeeetttttttt“. Suara kereta berbunyi dan membuyarkan lamunanku. Terlalu
jauh, tapi itulah yang kurasakan. Aku percaya bahwa tidak ada yang menggantikan
usaha dan kerja keras. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan
pilihan, tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, mungkin bisa menghabiskan
sisa usia yang dimiliki. Dan akhirnya ya memang akhirnya, pintu gerbong kereta
telah dibukakan untuk menjemputku.